BALI, Saksimata - Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali pada Rabu malam (2/7) menjadi sorotan nasional, terutama terkait nasib sang nakhoda. Hal ini terungkap dalam rapat kerja yang diadakan oleh Komisi V DPR RI dengan Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi pada Selasa (8/7).
Ketua Komisi V DPR RI, Lasarus, mengajukan pertanyaan mengenai keselamatan nakhoda kapal, mengingat perannya yang sangat penting sebagai saksi kunci dalam insiden kecelakaan laut tersebut. Lasarus menekankan bahwa nakhoda adalah saksi utama untuk mengungkap penyebab tenggelamnya kapal dalam perjalanan itu.
"Karena saya rasa nakhoda adalah saksi kunci. Jika kita berbicara tentang saksi kunci, tentu saja kapten kapal adalah pengendali utama dan salah satu saksi yang sangat penting. Namun, saksi kunci ini belum ditemukan," ungkap Lasarus.
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi mengonfirmasi bahwa nakhoda atau kapten kapal KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di perairan Selat Bali hingga saat ini belum ditemukan. "Iya, nakhodanya belum ditemukan," kata Menhub Dudy Purwagandhi.
Ia menjelaskan bahwa hingga kini belum ada laporan mengenai penemuan nakhoda kapal tersebut. Di sisi lain, beberapa anak buah kapal (ABK) dilaporkan berhasil menyelamatkan diri dalam insiden ini.
Menurut laporan dari Basarnas, terdapat 12 ABK di kapal tersebut, dan lima di antaranya telah ditemukan dalam keadaan selamat oleh tim SAR gabungan. Hingga hari ini, tim SAR gabungan telah berhasil mengidentifikasi 10 jenazah korban KMP Tunu Pratama Jaya, sementara 30 orang dinyatakan selamat, dan 25 orang lainnya masih hilang.
KMP Tunu Pratama Jaya dilaporkan berlayar dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, menuju Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, pada Rabu malam (2/7). Menurut informasi dari petugas di lapangan, kapal tersebut tenggelam pada pukul 23.35 WIB di koordinat 8° 9'32.35"S 114°25'6.38"E. Berdasarkan data manifest sementara, kapal mengangkut 53 penumpang, 12 awak kapal, dan 22 unit kendaraan dari berbagai jenis. (Red)